Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumCatatan LapanganNgengerJelajah EnsiklopediaDonasi
kontak

Catatan.

Bersama Isyam & Nostalgia Ngenger-nya

catatan lapangan
Abdurahman Sandriyani
Cover Image for Bersama Isyam & Nostalgia Ngenger-nya

"Gua sekarang aktif di remaja masjid, bantu ngurus warga di sini. Kuliah dan selebihnya kerja jadi driver makanan." Kata Isyam, buka percakapan.  Dengan intonasi khas anak Jaksel, tanpa dilebih-lebihkan.

 Ini pertemuan pertama kami, sejak dua tahun kurang-lebih tak bersua. Katakanlah semacam 'mini reuni'; antara saya sebagai 'abang' dengan ia sebagai adik, dalam hubungannya sebagai warga belajar yang pernah disatu-atapkan di program Ngenger, dulu.

Isyam tumbuh dalam kultur Ibukota. Mengenyam pendidikan di program Ngenger, seperti diungkapkannya kemudian, membuat ia punya sesuatu 'berbeda'. Berbeda dari apa dan untuk apa? Dari dan melalui banyak hal.

Isyam 1.jpg

Satu di antaranya adalah terkait sudut pandang ia untuk kehidupan di kampung dan desa, serta simpanan proyeksi terhadap tindakan pemungkin yang akan dilakukan di kemudian hari untuk kampung halamannya sendiri.

Sebelum dan sesudah mengikuti proses Ngenger, Isam mengamati betul 'transformasi dirinya' terhadap apa dan bagaimana sesuatu yang disebut 'desa beserta kehidupan di dalamnya' itu!

Isyam adalah angkatan pertama program Ngenger, bersama dua kawan lainnya, yakni Tomi dan Alif. 

Sekolah Ngenger ini, sejak dibuka pertama hingga hari ini, memang sepi peminat. Kadang hanya tiga, dan menurut ingatan pendek saya belum pernah diikuti oleh lebih dari 10 orang.

Apakah itu masalah? Ya belum tentu, dan nggak juga.

 Begini...

Pertama, lama sekali kita alami langsung 'industrialisasi pendidikan'. Para ahli sepakat bahwa kondisi macam ini telah berlangsung secara struktural mengkondisikan ekosistem belajar yang menjauhkan manusia dari kenyataan hidupnya sendiri. Intinya, yang mau saya bilang, pendidikan akhirnya direduksi jadi seakan soal-soal sertifikasi, kuantifikasi, dan turunannya.

Kedua, sudah jarang, bahkan terhitung jari, lembaga seperti NGO membuat program untuk masyarakat yang hakikat dan pelaksanaannya juga serius. Pelatihan 1-3 hari selesai, dan siklus tersebut diulang terus-menerus.

Sudah jarang, bahkan terhitung jari kok, NGO yang memang peduli menyediakan nafas panjang untuk buat program yang konsisten di masyarakat, dengan atau tanpa suntikan dana sekalipun.

Jika ditanya, mengapa?

Ya biasanya jawabannya soal administrasi. Hemat saya sih, yang kedua itu jadi tidak jauh mereplikasi masalah pada point pertama.

Tatkala sekolah Ngenger dirancang dan diimplementasikan, ia berupaya untuk menjawab dua pra dan kondisi di atas, tentu ini juga sebagai bagian dari tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Wangsakerta sebelumnya. Ia berikhtiar untuk 'melawan' kondisi industrialisasi, dan materialisasi dalam ruang lingkup yang berhubungan dengan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, terutama sekali di desa.

Ini setidaknya yang saya tangkap; sebagai orang yang juga turut tertempa di Ngenger.

Secara 'permukaan', program Ngenger menyediakan aktivitas harian seperti bertani, beternak, diskusi, menulis, pengembangan informasi dan media, serta lain-lain.

Secara hakikat, ia menyediakan semacam ruang untuk mengajak orang kembali menjadi 'manusia'. Dan mini-reuni ini adalah pertemuan dua manusia yang (InsyaAllah) dengan seluruh upaya dan jalan ingin ditempuh, bercita-cita meletakkan desa dan kampung sebagai tujuan akhir hidupnya.

Wallahu 'Alam,

Omen

 Tegal parang, Jaksel 02 September 23


Bagikan

Catatan Lapangan

Cover Image for Konservasi Danau Sebagai Upaya Mengelola Kehidupan dan Penghidupan

Konservasi Danau Sebagai Upaya Mengelola Kehidupan dan Penghidupan

Resensi Buku

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah di berbagai sektor, baik di daratan, maupun di perairannya. Salah satu dari sumber daya alam tersebut adalah danau.

Haminudin Aqillun
Cover Image for Bawang Putih - Catatan lapangan 1

Bawang Putih - Catatan lapangan 1

Catatan Lapangan

Dalam sehari bu Tina mampu mengupas dua karung kulit bawang putih. Bawang putih ini dikupas dan kemudian disortir. Pensortiran tersebut dilakukan untuk memisahkan mana yang berkualitas bagus dan mana yang tidak.

Dhabit Zuslam Majaya
Cover Image for Pengalaman Belajar Hamid (Bagian 1)

Pengalaman Belajar Hamid (Bagian 1)

Catatan Lapangan

Wangsakerta memberi jalan kepada para pelajar untuk turun langsung ke masyarakat. Tidak sekedar berdiskusi saja—seperti kampus-kampus pada umumnya--tapi juga harus mengetahui dan membantu secara langsung kegiatan di masyarakat.

Haminudin Aqillun
Cover Image for Mencoba Rosella

Mencoba Rosella

Catatan Lapangan

Kita perlu mengenalkan berbagai macam buah atau minuman yang unik bukan buah Rosella saja, tetapi segala tentang buah lainnya yang mungkin memiliki banyak manfaat atau bahkan beribu-ribu manfaat yang tidak ketahui. Dengan begini dunia kita menjadi lebih beragam dan menambah ilmu pengetahuan kita.

Zydan Djuza

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Produk - Produk

© 2022 - 2023 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru