Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta
Strategi UmumNgengerCatatan LapanganProduk - ProdukWiwit. | Ensiklopedia Alam
kontak

Catatan lapangan

Belajar Bekerjasama dengan Bekerja Bersama-sama

2017-02-02T00:37:07+07:00

13925661_10154159210420743_5353616727985897443_o

Oleh: Mella Nialda Septriani*)

Siang itu matahari bersinar terik sekali, yang ada hanya panas, pengap dan gersang. Saya berada di suatu tempat seperti hutan, tetapi teman saya menyebutnya Kebon. Ia mengajak saya ke tempat itu untuk membuat Saung. Saat itu bulan September tahun 2016, saya merasa sangat tidak nyaman berada di tempat itu. Perasaan saya campur aduk, antara  ingin segera pergi tetapi tidak enak dengan teman yang sudah mengajak dan rasa penasaran untuk mengetahui cara pembuatan Saung. Saya ingin mengetahui perihal pembuatan Saung, bagaimana dan untuk apa Saung itu dibuat. Itulah perasaan saya kali pertama bergabung di laboratorium pertanian Wangsakerta.

Laboratorium pertanian ini berada di Dusun Karangdawa, Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Ciirebon.  Tanahnya keras, ditumbuhi ilalang setinggi pinggang manusia dewasa,  penuh tanaman berduri dan pohon  Pacing dengan rimpangnya menjalar di tanah hingga kedalaman dua puluh centimeter.  Lab ini berlokasi sekitar 700 meter dari perumahan penduduk. Di sekeilingnya hanya rumput dan pohon. Meskipun ada jalan raya tepat di depan lahan ini, tetapi jalan tersebut jarang dilalui kecuali orang-orang yang mau berziarah ke Makam Mbah Kyai Benda Kerep (Tetua salah satu pesantren di Cirebon). Saya juga melihat Manyang (lebah)  berseliweran, belum lagi ingatan tentang Ular menambah ketakutan saya ketika berada di sana.  Namun saya memutuskan  tetap berada di sana.

Belajar sambil bekerja

Saat itu  Saung masih dalam proses pembuatan. Hanya ada amben (ranjang) yang sudah bisa digunakan dan disangga dengan empat tiang yang ditancapkan di tanah. Saya datang bersama salah satu teman. Di samping Saung, hamparan  rumput ilalang sengaja di jemur. Saya mencoba untuk mengikuti dan menikmati kegiatan yang sedang dikerjakan. Saya dan dua rekan mengambil rumput ilalang dengan menggunakan Arit, mengikuti arahan dosen saya di kampus yang juga pengelola lab ini. Beberapa kawan lainnya sedang memisahkan ilalang dari kotoran lalu menganyamnya untuk di jadikan atap Saung. Ada juga yang sibuk  memotong dan membelah bambu.

Saya dan teman-teman bekerja sebisanya. Sesekali terdengar teriakan Pak Dosen yang memprotes cara kerja kami. “Bukan begitu Noval,  caranya dibelah dahulu sedikit dengan golok, terus injak dan renggangkan bagian bawah bambu, barulah bisa terbelah“ teriak pak  Abdul Muiz Ghazali memberi arahan pada kawan saya. Teriakan tersebut tidak membuat kami berkecil hati. Kami menimpalinya dengan canda yang membuat suasana menjadi semakin riuh.

Saya dan teman-teman memang belum  memiliki pengalaman dalam bekerja praktis  apalagi  membelah bambu, menganyam ilalang, mencangkul dan kerja-kerja lainnya di bidang pertanian.  Bahkan boleh dikatakan tidak pernah mengalami kerja seperti ini sama sekali.  Kami ini anak-anak desa yang terasing dari kerja-kerja di Desa. Kesibukan kami hingga saat ini adalah belajar, dari Sekolah Dasar hingga di Perguruan Tinggi. Ketika di rumah, orang tua tidak pernah memperkenalkan tehnik praktis, begitu juga di sekolah, apalagi soal pertanian.

Di kampus pun tak jauh berbeda, kami sibuk dengan berbagai bahan bacaan dan tugas membuat makalah agar mendapatkan nilai baik. Kami tidak pernah sama sekali menyadari  pentingnya keberadaan tanah, tanaman dan proses-prosesnya untuk menjadi makanan kami. Kami hanya diajarkan menikmati tanpa menghayati bagaimana proses bahan makanan tersebut menjadi makanan kami. Tanpa menyadari usaha para petani dan jaringan produksi dan distribusi yang membuat makanan tersebut ada di tangan kami. Di Wangsakerta inilah saya belajar mengenal dan memahami tanah, produksi pangan, manfaatya dan seluk beluk permasalahannya dengan praktek langsung.

Banyak teman di Kampus  yang keheranan melihat keterlibatan saya di organisasi ini karena saya kuliah di jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) bukan jurusan pertanian. Tapi saya tidak mempermasalahkannya. Mungkin mereka hanya melihat saya mencabuti rumput, menganyam ilalang tetapi tidak melihat hal lain yang saya dapatkan, yakni pelajaran mengenai ketekunan dan kerjasama. Di Lab Pertanian ini saya bisa merasakan langsung belajar sambil bekerja.  Ketika mencangkul, cangkul harus di ayunkan dengan sempurna jangan di tahan, karena jika di tahan, tangan akan merasa cepat pegal.  Saat membersihkan ilalang dari duri dan tanaman lain, usahakan ilalang digibaskan terlebih dahulu lalu baru bisa disisir dengan menggunakan jari-jari tangan. Dua hal sederhana tadi yang mewakili ungkapan belajar sambil bekerja di Saung Wangsakerta yang tidak mungkin saya dapatkan di kampus.

Berbagi Peran dan Tanggungjawab

 Suatu ketika ada kabar dari teman bahwa telah terjadi  hujan deras, tanaman di Saung hancur terbawa banjir. Dusun Karangdawa diguyur  hujan deras yang di sertai angin kencang. Peristiwa itu menyebabkan banjir, dan membuat tanaman yang sudah kami tanam mati karena tak kuat dengan hantaman air hujan.  Akhirnya, kami memutuskan untuk segera membuat Rumah Bibit, agar tanaman yang baru kami tanam dapat disemai dulu, tidak langsung ditanam di lahan.

Sore itu meskipun diguyur hujan deras bukan hambatan bagi  kami untuk menyelesaikan rumah bibit.  Saya dan tujuh teman bekerja membelah bambu, teman yang lain merangkai dan memaku bambu agar terpasang kuat, dan ada pula yang membuat saluran air agar tidak banjir. Tanah di sekitar rumah bibit sangat becek dan berlumpur, saya dan teman-teman sedikit mengalami kesulitan saat berjalan. Untuk mengurangi kesulitan itu, kami letakkan potongan-potongan batu yang kami ambil dari sisa pembuataan sumur di tanah yang berlumpur.  Sesekali petir bergemuruh di sertai kilat. Kami pun harus memposisikan tubuh lebih rendah dengan cara berjongkok untuk menghindari petir. Biasanya salah satu teman memerintahkan dengan meneriakkan kata  “menundukkkkkkkk!!!”.

Begitulah gambaran kerja-kerja kami di Saung Wangsakerta. Setiap orang berbagi peran dan tanggungjawab, saling mengisi dan membantu. Kami dilatih berinisiatif untuk mengambil peran. Meskipun kadang membingungkan karena kadang tidak ada perintah atau tagihan pertanggungjawaban, namun perlahan kami belajar untuk punya inisiatif mengambil peran, tanggungjawab dan kemandirian tanpa harus ada tekanan.

13925630_10154163738415743_8593021730481163291_o

Di Wangsakerta, saya belajar sambil bekerja meski awalnya saya tidak tahu pembelajaran apa yang akan saya dapatkan. Saya mendapatkan  bimbingan  dalam berproses, tidak sekedar menyelesaikan tuntutan dan menggugurkan kewajiban. Pembelajaran disini lebih pada inisiatif apa yang bisa saya lakukan dan Itu yang membuat saya merasa lebih menikmati kegiatan di sini di bandingkan dengan organisasi sebelumnya.

Sebelumnya saya pernah terlibat dan belajar dalam berbagai organisasi. Saya merasa sekaligus melihat, banyak orang termasuk saya, kurang inisiatif dalam berkontribusi untuk mencapai tujuan organisasi.  Kita cenderung menunggu arahan atau suruhan untuk urusan yang sangat tehnis, bahkan pada suatu kegiatan yang sudah diberikan kepada kita. Kita tidak dapat dengan segera mengambil tanggungjawab dan tindakan, dan hanya akan ribut saling menyalahkan saat evaluasi. Saya menyadari hal itu, karena dalam organisasi sebelumnya memang kita tidak mendapatkan bimbingan dari orang yang sudah berpengalaman.

Di sini saya mendapatkan bimbingan dari para mentor, tidak sekedar menyelesaikan tuntutan dan menggugurkan kewajiban. Saya didorong untuk berinisiatif dan belajar berbagai hal, tidak sekedar menyelenggarakan suatu event. Kami yang bergabung di Wangsakerta memiliki kesibukan masing-masing, maka dari itu biasanya kami mengunjungi ladang di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Meskipun demikian jika di antara kami memiliki kesempatan untuk mengunjungi ladang di tiga hari itu, kami akan menyempatkan untuk datang ke sana untuk mengecek tanaman dan menyiramnya. Itu salah satu inisiatif yang kami lakukan untuk menjaga dan merawat tanaman yang kami sudah tanam.  Inilah yang membuat saya merasa lebih nyaman berkegiatan dibandingkan di tempat lain.[]

*) Mahasiswa prodi BKI IAIN SNJ Kabupaten Cirebon


Bagikan

Catatan Lapangan

Pengalaman Belajar Hamid (Bagian 1)

Catatan Lapangan

Wangsakerta memberi jalan kepada para pelajar untuk turun langsung ke masyarakat. Tidak sekedar berdiskusi saja—seperti kampus-kampus pada umumnya--tapi juga harus mengetahui dan membantu secara langsung kegiatan di masyarakat.

Haminudin Aqillun

Mencoba Rosella

Catatan Lapangan

Kita perlu mengenalkan berbagai macam buah atau minuman yang unik bukan buah Rosella saja, tetapi segala tentang buah lainnya yang mungkin memiliki banyak manfaat atau bahkan beribu-ribu manfaat yang tidak ketahui. Dengan begini dunia kita menjadi lebih beragam dan menambah ilmu pengetahuan kita.

Zydan Djuza

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Yayasan Wangsakerta
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

Profil

Siapa Kami

Produk - Produk

© 2022 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru